A. Sejarah Kelahiran Pancasila
Sejak zaman dahulu itu, nilai-nilai Pancasila sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat di wilayah yang sekarang menjadi bagian dari negara Indonesia ini. Maka para ahli pun menyebut bahwa Pancasila memang “digali dari bumi Indonesia sendiri.”
Sejak zaman dahulu itu, nilai-nilai Pancasila sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat di wilayah yang sekarang menjadi bagian dari negara Indonesia ini. Maka para ahli pun menyebut bahwa Pancasila memang “digali dari bumi Indonesia sendiri.”
1. Masa Sejarah Awal
Beberapa peninggalan purba menun juk kan bahwa nilai-nilai Pancasila sudah ada sejak dahulu. Di
masa pra aksara sebelum abad
ke-3 Masehi, nilai ketuhanan saat
itu antara lain terlihat pada sarana
upacara keagamaan, seperti nekara
atau gong perunggu yang ditemukan di banyak tempat, mulai
dari Sumatra hingga Alor, Nusa
Tenggara Timur.
2. Masa Kerajaan Nusantara
Kemakmuran bangsa Indonesia makin meningkat di akhir abad ke-7. Di
Sumatra muncul kerajaan besar Sriwijaya, disusul oleh Wangsa Sanjaya
dan Syailendra di Jawa. Kerajaan kembar itu membangun Candi Borobudur
sebagai candi umat Buddha terbesar di dunia, serta Candi Prambanan sebagai
candi umat Hindu.
Candi-candi itu menunjukkan adanya nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan, hingga keadilan sosial yang kuat.
Setelah itu hadir kerajaan Islam seperti Samudera Pasai, Demak, hingga
Ternate. Agama Islam dan Bahasa Melayu berkembang ke seluruh Nusantara.
Budayawan WS Rendra (1935-2009) menyebut zaman Demak sebagai “zaman
renaisans” atau kebangkitan Nusantara. Perdagangan dan kesenian berkembang pesat, termasuk wayang.
Di masa kerajaan-kerajaan Nusantara yang makmur tersebut, nilai
ketuhanan dan keadilan sosial sangat menonjol. Tiga nilai lain Pancasila yakni
kemanusiaan, persatuan, dan kerakyatan juga berkembang baik.
3. Masa Penjajahan
Makmurnya negeri ini mengundang orang asing datang dari Tiongkok, India,
Arab, lalu Eropa. Mula-mula mereka semua berdagang. Namun bangsa-bangsa
Eropa kemudian mulai menjajah Nusantara. Hal itu dilakukan oleh bangsa
Portugis, Spanyol, Inggris, dan akhirnya Belanda yang menjajah selama sekitar
350 tahun.
Di Sumatra terjadi perlawanan oleh Sultan Iskandar Muda, Sultan
Badaruddin, Si Singamaraja, Imam Bonjol dalam Perang Paderi (1803-1837)
dan Cut Nya’ Dhien dalam Perang Aceh (1873-1904). Di Jawa terjadi Perang
Diponegoro (1825-1830). Pattimura di Maluku, Jelantik di Bali, juga Pangeran
Antasari di Kalimantan juga mengangkat senjata.
4. Masa Kebangkitan Nasional
Memasuki abad ke-20, upaya melawan penjajah tidak lagi dengan perang
melainkan lewat gerakan politik. Budi Utomo yang diprakarsai Wahidin
Sudirohusodo berdiri pada tanggal 20 Mei 1908. Disusul oleh Sarekat Islam
pimpinan Cokroaminoto, lalu Muhammadiyah pimpinan K.H. Ahmad Dahlan
dan Nahdlatul Ulama pimpinan K.H. Hasyim Asy’ari.
Douwes Dekker, Cipto Mangunkusumo, dan Ki Hajar Dewantara muda
yang mendirikan Indische Partij diasingkan ke Belanda. Pulang ke Tanah
Air, Dewantara mendirikan Taman Siswa. Abdul Muis, Marah Rusli dan para
penulis Balai Pustaka berjuang melalui karya sastra, menyadarkan masyarakat
agar terus berjuang untuk merdeka.
Puncaknya adalah adanya Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928, saat
para pemuda bersumpah untuk “bertumpah darah, berbangsa, dan berbahasa
yang satu, yakni Indonesia.” Setelah Sumpah Pemuda, nama Indonesia makin
sering dipakai. Soekarno pun mendirikan partai bernama Partai Nasional
Indonesia, kemudian diasingkan ke Ende.
Tahun 1942 Jepang datang dan menggantikan Belanda sebagai penjajah.
Bangsa Indonesia harus berjuang lebih keras untuk merdeka. Berjuang untuk
merdeka berarti menegakkan nilai kemanusiaan dan persatuan. Semua itu
menunjukkan bahwa nilai-nilai Pancasila memang berasal dari nilai-nilai
bangsa yang sudah ada sejak lama.
Tags
ppkn