Jurnalistik; Pengertian, Sejarah, Tujuan, Unsur dan Contoh Karya Jurnalistik (Berita)

A. Pengertian Jurnalistik

Jurnalistik adalah kegiatan menyiapkan, mencari, mengumpulkan, mengolah, menyajikan, dan menyebarkan berita melalui media berkala kepada khalayak seluas-luasnya dan secepat-cepatnya.




Dilansir dari Kompas.com, jurnalistik bisa dipandang secara konseptual dalam tiga sudut pandang, di antaranya:

 

1. Dari segi proses

Jurnalistik adalah kegiatan mencari, mengolah, menuliskan, dan penyebarluasan informasi pada publik melalui media massa. Aktivitas ini dilakukan oleh wartawan dan jurnalis.

 

2. Dari segi teknik

Jurnalistik adalah keahlian dan keterampilan menulis sebuah karya jurnalistik, berupa berita, artikel, dan feature. Hal ini termasuk dalam keahlian pengumpulan bahan tulisan, seperti reportase atau hasil liputan peristiwa dan kegiatan wawancara.

 

3. Dari segi ilmu

Jurnalistik merupakan bidang kajian berupa proses pembuatan dan penyebarluasan informasi berupa peristiwa, pemikiran, dan ide melalui media massa.

 

 

B. Sejarah Jurnalistik

Berikut ini terdapat beberapa sejarah jurnalistik, terdiri atas:

 

1. Kelahiran Wartawan Pertama

Pada zaman Romawi lahir wartawan-wartawan pertama. Terdiri atas budak-budak belian yang oleh pemiliknya diberi tugas mengumpulkan informasi, berita-berita, bahkan juga menghadiri sidang-sidang senat dan melaporkan semua hasilnya baik secara lisan maupun tulisan.

 

2. Jurnalistik di Eropa

Di Jerman, terbit surat kabar pertama bernama Avisa Relation Order Zeitung pada 1609. sembilan tahun kemudian, surat kabar tertua bernama Courante Uyt Italian en Duytschland terbit di Belanda. Pada 1662 Curant of General News terbit di Inggris.

 

3. Zaman Penjajahan di Indonesia

Jurnalistik pers mulai dikenal pada 1744 ketika sebuah surat kabar bernama Bataviasche Nouvelles diterbitkan dengan penguasaan orang-orang Belanda. Pada abad 20, Medan Prijaji sebagai surat kabar pertama milik bangsa Indonesia terbit di Bandung. Medan Prijaji dimiliki dan dikelola oleh Tirto Hadisurjo alias Raden Mas Djokomono.

 

4. Jurnalistik Orde Reformasi

Sejak kejatuhan rezim Soeharto, kebebasan jurnalistik berubah secara drastis menjadi kemerdekaan jurnalistik. Departemen Penerangan sebagai malaikat pencabut nyawa pers dibubarkan.

UU Pokok Pers No.21/1982 diganti dengan UU Pokok Pers No.40/1999. Siapa pun bisa menerbitkan dan mengelola pers. Siapa pun bisa menjadi wartawan dan masuk dalam organisasi pers mana pun.

 

C. Bentuk Jurnalistik

Jurnalistik dibagi menjadi tiga bagian besar:

 

1. Jurnalsitik Media Cetak

Jurnalistik media cetak dipengaruhi dua faktor, faktor verbal dan visual. Verbal, sangat menekankan pada kemampuan memilih dan menyusun kata dalam kalimat dan paragraf yang efektif dan komunikatif.

2. Jurnalistik Media Elektronik Auditif

Disebut juga jurnalistik radio siaran. Banyak dipengaruhi dimensi verbal, teknologikal, dan fisikal. Teknologikal, berkaitan dengan teknologi yang memungkinkan daya pancar radio dapat ditangkap dengan jelas dan jernih oleh pesawat radio penerima. Fisikal, erat kaitannya dengan kesehatan fisik dan kemampuan pendengar khalayak dalam menyerap dan mencerna setiap pesan.

 

3. Jurnalistik Media Elektronik Audiovisual

Disebut juga jurnalistik televise. Merupakan gabungan dari segi verbal, visual, teknologikal, dan dimensi gramatikal. Dramatikal, berarti bersinggungan dengan aspek serta nilai dramatic yang dihasilkan oleh rangkaian gambar.

 

D. Karakteristik Bahasa Jurnalistik

Berikut adalah beberapa karakteristik utama dari bahasa jurnalistik sebagai berikut.

1. Ringkas, Singkat, Padat

Bahasa jurnalistik khas karena hemat dengan kata sehingga perlu pemilihan kata yang ringkas atau sedikit huruf. Di kalangan para wartawan dikenal istilah Keep It Simple & Short (KISS) sebagai pedoman dan penulisan berita.

 

2. Lugas dan Jelas

Lugas berarti langsung ke pokok permasalahan (to the point), enggak bertele-tele, dan menggunakan kata-kata yang berbunga. Kata-kata yang lugas mengandung makna tunggal atau satu arti sehingga menghindari kemungkinan salah tafsir.

 

3. Sederhana, Mudah Dipahami

Bahasa jurnalistik memilih kata atau kalimat sederhana yaitu pemilihan kata atau kalimat yang dipahami oleh orang awam, atau umum diketahui maknanya oleh masyarakat luas.

 

4. Menghindari Jargon

Jargon adalah kata atau istilah yang hanya dipahami dan dimengerti oleh kalangan kecil tertentu, misalnya istilah yang berkaitan dengan hal-hal akademis dan teknis.

Jika jargon enggak bisa dihindarkan dari penulisan berita maka harus disertai dengan penjelasan atau diberi tanda kurung.

 

5. Logis

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), logis adalah perkataan yang masuk akal.

Kalimat logis bermakna terstruktur dengan baik sesuai dengan kaidah bahasa, yakni mengacu pada rumus Subjek-Predikat-Objek-Keterangan (SPOK).

Tulisan Terkait :

_

 

6. Mengutamakan kalimat aktif

Kalimat aktif akan lebih mudah dipahami dan disukai oleh para pembaca karena lebih mudah dinamis dan dipahami daripada kalimat pasif.

Kalimat aktif berciri memiliki imbuhan ber- dan me- pada bagian predikatnya. Biasanya kalimat aktif menjelaskan subjek melakukan pekerjaaan.

 

E. Tujuan Jurnalistik

Berikut ini terdapat beberapa tujuan jurnalistik, terdiri atas:

Jurnalisme berfungsi memberikan informasi kepada masyarakat, agar warga dapat mengatur diri sendiri.

1. Jurnalisme berfungsi untuk membangun masyarakat. Berita yang menyuarakan kondisi kelompok-kelompok masyarakat yang selama ini mengalami kesulitan dan terlupakan dapat mendorong kelompok-kelompok masyarakat yang lain untuk membantu keluar dari permasalahan yang dialami. Dalam skala yang lebih besar dapat mendorong negara untuk membuat kebijakan yang pro rakyat.

2. Jurnalisme berfungsi untuk memenuhi hak-hak warga negara. Hak-hak ini bisa berarti mendapatkan informasi yang benar dan akurat. Media massa adalah alat yang efektif untuk menyuarakan hak rakyat. Baik melalui berita yang ditulis oleh wartawan, maupun melalui opini dan surat pembaca yang ditulis dalam media massa.

3. Terkait dengan fungsi jurnalisme untuk menyuarakan hak-hak warga, jurnalisme juga dapat dijadikan tolak ukur demokrasi sebuah masyarakat. Semakin demokratis sebuah masyarakat, maka semakin kuat pula posisi media massa. Begitu pula sebaliknya. Dalam masyarakat yang demokratis, masayarakat bebas menyuarakan pendapatnya dan menuntut hak-haknya melalui media massa. Hal ini tentu tak akan terjadi dalam masyarakat yang dipimpin oleh penguasa otoriter. Dalam masyarakat otoriter media massa hanya sekadar corong bagi kekuasaan.

 

Tulisan Terkait :


F. Unsur Jurnalistik

 

Aktivitas jurnalistik utama adalah meliput dan memberitakan sebuah peristiwa melalui “rumus baku” berita 5W+1H, jika ini dipenuhi maka akan menjadi berita.

1. Who, siapa yang terlibat –pelaku, korban, saksi, dll.

2. What, apa yang terjadi –peristiwa, kejadian, acara.

3. When, kapan terjadinya –hari, tanggal, jam.

4. Where, di mana terjadinya –tempat kejadian, lokasi acara.

5. Why, mengapa terjadi –alasan, motivasi, penyebab, tujuan.

6. How, bagaimana proses kejadiannya–detail kejadian, suasana acara, rincian atau kronologi peristiwa.

 

G. Contoh Karya Jurnalistik

Contoh Karya Jurnalistik ini adalah milik Rifaus (Pemilik Infodapodik.blogspot.com)

Karya jurnalistiknya telah menghiasi media online Indonesia, antara lain; Gresik Pos, GressPedia, Bumi Nusantara News, Suarajatimpost, Jurnal6, GNN Indonesia, dan Jurnal Post

 

Berikut  ini salah satu contoh karyanya yang dimuat di JurnalPost.com

 

Kunjungi Wagos, Siswa SMPN 32 Gresik

Belajar Kearifan Lokal Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

 

Gresik, JurnalPost.com - Sebagai tindak lanjut Penguatan Proyek Profil Pelajar Pancasila (P5), UPT SMP Negeri 32 Gresik melakukan kunjungan ke Wisata Alam Gosari (Wagos).

Dalam kunjungannya tersebut, sebanyak 65 siswa didampingi guru pembimbing menuju lokasi Wagos untuk belajar P5, hari ini Kamis (3/2/2022). Sebelumnya, mereka mendapat briefing dari Ketua Tim P5, Misbahul Muhib, diantaranya seluruh siswa harus mematuhi tata tertib di lokasi.

"Dilarang merusak tanaman dan tetap mematuhi protokol kesehatan karena  masih pandemi Covid-19. Ada tugas yang harus dikerjakan proyek kearifan lokal," pesannya.

Setibanya di lokasi, mereka langsung disambut Pengelola Wagos, Misbahul Dawam dengan mengenalkan seputar Wagos.

"Kalian tepat belajar kearifan lokal di Wagos ini," ujarnya.

Kata Dawam, Wagos memiliki ciri khas sendiri merupakan warisan leluhur/nenek moyang yang harus dijaga. Sebab, menjaga Wagos adalah menjaga alam.

"Ini merupakan suatu potensi yang harus kita jaga. Alam bisa hancur atau musnah jika tidak kita jaga," jelasnya.

"Di Gosari, ini konsep alam, awal mula adanya usia SMA ingin menjaga alam, kalau alam gosari dibiarkan, maka titik air ini akan hilang," imbuhnya.

Dawam melanjutkan, di Gosari ada penambangan, jika alam dibiarkan terus menerus ditambang maka akan habis. Pihaknya tidak mungkin melarang orang bekerja dan melarang pemerintah untuk melarang mengambil sumber alamnya, sebab di gunung ini hak pakai perusahaan. Di perusahaan banyak ada orang bekerja menggantungkan hidupnya dengan bekerja.

Salah satu jalan, kata Dawam, alam harus dijaga dengan caranya, misal dengan membuat Wagos, lalu viral melalui media sosial. Lanjutnya, di Gosari ada juga konsep alam, edukasi, dan sejarah. Ada cagar budaya yang harus dilindungi yakni Prasasti Butulan yang diakui pemerintah kabupaten, propinsi, bahkan pusat.

"Situsnya ada di gunung, masih belum kita garap lebih jauh, saat ini masih tanggungan di wisata di bawah, misal beli tanah lagi untuk perluasan," terang Dawam.

Usai menjelaskan, Dawam mengajak diskusi ringan dan renyah. Sejumlah pertanyaan dilontarkan siswa. Di akhir diskusi, Dawam berpesan agar para siswa turut memiliki desa dan mengembangkannya serta harus bangga menjadi anak desa.

"Kalian harus bisa mengembangkan desa kalian masing-masing, jangan malu menjadi anak desa. Desa memiliki keunggulan dan daya tarik tersendiri," pungkasnya.

Usai itu, para siswa secara bergotong royong (kelompok) mengerjakan tugas tersebut, refresing, kemudian kembali ke sekolah. (*Rifaus/Kabiro Gresik).

--

Berita tersebut bisa Anda baca melalui laman https://jurnalpost.com/kunjungi-wagos-siswa-smpn-32-gresik-belajar-kearifan-lokal-proyek-penguatan-profil-pelajar-pancasila/30595/ 

----

Semoga bermanfaat.

Posting Komentar

Admin infodapodik tidak bertanggungjawab atas isi komentar yang ditulis. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator.

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak